Senin, 14 Desember 2020

Keren! Dua Pelajar Jabar Buat Aplikasi Plong Untuk Penderita Frustasi

Bandung - Prihatin melihat sahabat sekolah yang mengalami frustasi sehingga sukar berkomunikasi, mendorong Farhan Mandito Wirarachman dan Ananda Safira Choirunissa menelurkan aplikasi Plong. Aplikasi tersebut dibentuk kesehatan mental, salah satunya untuk menghemat risiko depresi.

"Makara pada mulanya itu, Plong terinspirasi pada temannya founder kami ada yang mengidap gangguan mental. Kami menyebabkan penyelesaian dengan adanya aplikasi Plong, aplikasi kesehatan mental berbasis Android dan iOS," ujar Ananda di ketika dijumpai belum usang ini.

Baca Juga : Memperkuat Tulang dan Sendi

Pelajar SMAN 1 Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) itu menyampaikan, aplikasi ini berbasis Android dan iOS. Di dalamnya terdapat beberapa fitur di antaranya mulai dari konseling, meditasi, relaksasi, jurnal bersyukur serta postingan yang konkret untuk kesehatan mental.

Selain itu, ujar Ananda, pengembang aplikasi juga berafiliasi dengan tenaga medis di Rumah Sakit Jiwa Cisarua. Sehingga penanganan kesehatan mental bisa lebih efektif. "Di sini lah aplikasi Plong diharapkan mampu menanggulangi mereka yang gangguan mental dengan cara efektif sebab ialah memakai HP jadi mampu diakses dimana pun dan kapan pun," katanya.

Pembuatan aplikasi ini memakan waktu tiga bulan dari mulai desain sehingga mampu tampil secara visual pada Juli 2020. Pandemi COVID-19, diakui Ananda sempat menghalangi tim kreator untuk bertukar ide secara eksklusif. " Tapi sehabis ada keleluasaan, kita berjumpa dan bertukar asumsi, tetapi niscaya kita juga terapkan protokol kesehatan," katanya.

 Prihatin menyaksikan sobat sekolah yang mengalami depresi sehingga sukar berkomunikasi Keren! Dua Pelajar Jabar Buat Aplikasi Plong Untuk Penderita Depresi

Aplikasi Plong Foto: Yudha Maulana/detikINET

Aplikasi Plong karya Farhan dan Ananda tersebut mengirimkan mereka meraih medali perak dalam Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tahun 2020 di bidang game dan aplikasi. Saat ini aplikasi masih dalam tahap penyempurnaan supaya bisa digunakan secara lebih luas oleh penduduk .

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dedi Supandi mengapresiasi karya anak bangsa tersebut. Menurutnya, pandemi COVID-19 tak menyurutkan para siswa di Jabar untuk tetap melahirkan inovasi yang berguna.

"Informasi dan telekomunikasi bukan lagi menjadi sebuah tawaran namun itu sudah menjadi sebuah keperluan. dengan pandemi ini kita berharap acuan pembelajaran itu dengan status-status bahwa pembelajaran itu tidak harus mengatakan dengan daring, tetapi bagaimana memberikan pola kesanggupan atau pengetahuan yang ditemukan dalam konteks yang aktual," ujar Dedi.

Baca Juga : Mencegah Penuaan dini

"Tentunya keadaan ini kita harus dorong, bagaimana pihak dinas pendidikan selalu memberikan hal hal bahwa kebijakan kebijakan dengan membuka kurikulum di pandemi ini dengan kurikulum penyederhanaan tetapi lebih pada berupaya semoga sekolah mendorong para siswanya berkait penemuan supaya timbul sehingga inovasi-inovasi itu mampu berguna," pungkasnya.




Sumber https://hydroxygenplus-indo.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pak Luhut, Tes Swab Ke Bali Kenapa Harus H-2?

Jakarta - Pemerintah memperlihatkan syarat traveler mesti melakukan tes PCR H-2 keberangkatan ke Bali kalau naik pesawat. Hal ini mempunyai...